Peringatan Hari Jadi Kabupaten Pasuruan ke-1096 di Bulusari, Camat Gempol Terkesan Sakralnya Nyadran

Pasuruan_lumbungberita.id
Suasana khidmat menyelimuti Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Kamis (18/9/2025), saat peringatan Hari Jadi Kabupaten Pasuruan ke-1096.

Acara diawali upacara bendera di Lapangan Desa Bulusari, kemudian dilanjutkan prosesi nyadran ke Situs Cunggrang di Dusun Sukci, situs sejarah cikal bakal berdirinya Kabupaten Pasuruan.

Sejak pagi, masyarakat dan tamu undangan mulai berdatangan. Camat Gempol Hadi Mulyono hadir bersama Kapolsek dan Danramil Gempol. Seluruh kepala desa beserta perangkat se-Kecamatan Gempol juga tampak antusias mengikuti prosesi.

Kehadiran para pemangku kepentingan ini menunjukkan komitmen bersama untuk menjaga dan melestarikan sejarah daerah.

Camat Gempol Hadi Mulyono mengaku terkesan dengan kemasan acara yang rapi dan penuh nuansa sakral. Ia menyebut peringatan tahun ini menjadi pengalaman berharga baginya, mengingat ini adalah pertama kalinya ia memperingati Hari Jadi Kabupaten Pasuruan sebagai Camat.

“Prasasti Cunggrang ini tertulis sebagai cikal bakal lahirnya Kabupaten Pasuruan. Tentunya menjadi kebanggaan besar bagi saya bisa memperingati Hari Jadi Kabupaten Pasuruan langsung di prasasti bersejarah ini sebagai Camat Gempol. Saya merasakan semangat kebersamaan yang luar biasa dari warga dan perangkat desa,” ujarnya dengan antusias.

Ia juga menambahkan bahwa kegiatan budaya seperti ini tidak hanya memperkuat identitas daerah, tetapi juga menjadi sarana mempererat hubungan sosial antarwarga.

“Tradisi nyadran ini memberi pelajaran penting tentang rasa syukur, kebersamaan, dan penghormatan terhadap leluhur. Ini yang harus terus kita jaga,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Desa Bulusari Siti Nurhayati menuturkan bahwa pelaksanaan nyadran ke Situs Cunggrang usai upacara sudah menjadi agenda rutin tahunan.

Menurutnya, melestarikan tradisi ini merupakan bentuk tanggung jawab moral masyarakat Bulusari untuk menjaga warisan budaya nenek moyang.

“Kami selalu berupaya mempertahankan tradisi ini, bukan sekadar seremoni, tetapi juga bentuk penghormatan pada sejarah dan budaya leluhur. Harapan saya, kegiatan seperti ini bisa membuat hubungan antara warga dan pemerintah semakin guyub, rukun, dan penuh kebersamaan,” ujar Siti Nurhayati.

Ia menambahkan, keterlibatan seluruh perangkat desa dan dukungan dari berbagai pihak menunjukkan bahwa tradisi ini masih relevan di tengah modernisasi.

“Meski zaman terus berkembang, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi nyadran ini tidak boleh hilang. Justru inilah jati diri kita sebagai masyarakat Pasuruan,” pungkasnya.

Jurnalis: Indra

Share this content:

error: Content is protected !!