Catwalk Imut Anak PAUD di Balai Desa Randupitu, Pamerkan Baju Batik Karya Mahasiswa UM
Pasuruan_lumbungberita.id
Balai Desa Randupitu, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Rabu (13/8/2025) siang itu tak seperti biasanya. Meja-meja pelayanan desa bergeser, kursi ditata rapi, dan sebuah ‘catwalk’ dadakan terbentang di tengah ruangan.
Satu per satu pemuda dan pemudi berjalan penuh percaya diri. Langkah mereka mantap, senyuman tak lepas dari wajah. Namun, yang paling mencuri perhatian adalah dua model cilik yang usianya belum genap masuk SD.
Dengan lugu dan ceria, mereka melangkah sambil mengenakan busana batik berwarna cerah. Tak ayal, tingkah dua bocah ini membuat penonton tersenyum dan bertepuk tangan.
Ternyata, ini bukan sekadar peragaan busana biasa. Acara ini adalah puncak karya Mahasiswa KKN Tematik Universitas Negeri Malang 2025 yang selama 45 hari berada di Randupitu. Mereka berhasil menciptakan Baju Batik untuk anak-anak PAUD. Tentu saja motif batiknya adalah Sekar Randu.
Tak hanya warga desa, acara ini juga dihadiri mahasiswa dari Universitas Nahdlatul Ulama Pasuruan, guru PAUD, hingga kader PKK. Sorak-sorai dan senyum mengembang lebar saat karya mahasiswa ini diperagakan.
“Selama 45 hari di Randupitu, proker adik-adik mahasiswa ini membuat baju batik bermotif Sekar Randu untuk anak PAUD. Mereka menilai batik ini punya potensi besar untuk dikembangkan,” kata Kepala Desa Randupitu, Mochammad Fuad.

Fuad meneruskan, selain menciptakan baju Anak PAUD, mahasiswa KKN dari jurusan Tata Busana ini juga membuat Canting Cap Batik Sekar Randu. Sebuah alat yang digunakan untuk membuat batik cap.
“Kami serius menggarap Batik Sekar Randu yang versi Cap. Karena pengembangannya akan lebih efektif dan masif. Disamping harganya lebih terjangkau, waktu produksi lebih cepat dan kapasitas produksinya bisa dalam jumlah yang besar,” urainya.
Menurut Fuad, usai Batik Sekar Randu resmi mendapatkan hak cipta, langkah berikutnya adalah memperjuangkan agar batik ini menjadi warisan budaya Desa Randupitu.
“Pelibatan anak-anak PAUD ini memang sengaja. Tujuannya mengenalkan batik Sekar Randu sejak dini, supaya mereka bangga dan bisa melestarikannya di masa depan,” pungkasnya.
Ya, catwalk dadakan di balai desa itu pun menjadi bukti bahwa kreativitas dan pelestarian budaya bisa berjalan seirama dan menyatu. Dari tangan mahasiswa, lahir baju baru. Dari langkah kecil bocah-bocah, tumbuh warisan untuk Randupitu.
Jurnalis: Indra
Share this content: