Rajwa Talitha, Pelajar Asal Purwosari yang Menembus Panggung Nasional Olimpiade Sains
Pasuruan_lumbungberita.id
Tidak banyak anak seusia Rajwa Talitha Enes Adinata yang bisa menjejakkan kaki di panggung sains tingkat nasional.
Siswi yang baru lulus dari MI Miftakhul Ulum, Sumberejo, Purwosari ini menjadi satu-satunya wakil Kabupaten Pasuruan dalam ajang bergengsi Olimpiade Sains Indonesia (OSI) 2025 untuk jenjang IPA Level 3 (kelas 5-6 SD).
Dikenal dengan panggilan Talitha, gadis kelahiran Februari 2013 ini punya semangat yang luar biasa. Membawa nama Pasuruan hingga ke Jakarta untuk bersaing dengan ratusan siswa dari sekolah-sekolah favorit se-Indonesia.
Meski langkahnya harus terhenti di babak Grand Final Nasional yang digelar di Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat, 21–22 Juni 2025 lalu, perjuangan penghobi bola voli ini tetap menuai rasa bangga dari orang-orang terdekatnya.
Kiprah Talitha mengikuti olimpiade yang diselenggarakan oleh Omni Sains Indonesia itu tak mudah. Dimulai dari seleksi tingkat Kabupaten pada 26 Oktober 2024 di SMA Islam Kota Pasuruan. Ia berhasil meraih peringkat pertama.
Perjuangan berlanjut ke tingkat Provinsi Jawa Timur, yang dilangsungkan di SMKN 1 Surabaya, 16 Februari 2025. Di sini, penyuka geprek itu harus menghadapi 158 siswa, termasuk dari sekolah-sekolah unggulan macam SD Petra 9 Surabaya.
Persaingan yang ketat tak membuat semangatnya surut. Ia berhasil membawa pulang medali perunggu kedua, sekaligus tiket ke Grand Final Nasional OSI di Jakarta bersama 44 siswa lainnya.
“Setelah lomba di Surabaya, anak saya optimis. Katanya, soalnya bisa dikerjakan dengan mudah. Dua hari kemudian pengumuman keluar, dan benar saja—dia lolos ke Jakarta. Bahagianya luar biasa,” tutur sang ayah, Adinoto, kepada Lumbung Berita, Selasa (7/7/2025).
Setiba di Jakarta, tantangan sesungguhnya menanti. Penggemar Megawati Hangestri ini harus bersaing dengan anak-anak dari SD Don Bosco Jakarta, SD Santa Ursula BSD Banten, dan berbagai sekolah unggulan se-Indonesia.
Ajang OSI yang memperebutkan total hadiah hingga Rp900 juta ini diikuti oleh 185 peserta, namun hanya 35 siswa yang berhak membawa pulang penghargaan.
Sayangnya, anak ketiga dari tiga bersaudara itu belum berhasil masuk dalam jajaran pemenang. Tangis haru pecah usai pengumuman. Bukan karena ambisi pribadi, tapi karena rasa bersalah kepada kedua orang tuanya.
“Anak saya sempat bilang, kasihan ayah dan mama sudah keluar biaya banyak untuk ke Jakarta. Dia berharap bisa dapat hadiah, walau cuma juara harapan, biar bisa beli handphone,” ucap Adinoto sambil menahan haru.

Di balik kemeriahan OSI, terselip kisah kurang mengenakkan. Menurut penuturan Adinoto, hasil penilaian lomba sempat menuai protes dari beberapa wali murid.
Penilaian dianggap terlalu cepat karena hasil keluar di malam hari, hanya beberapa jam setelah ujian selesai. Padahal, soal terdiri dari pilihan ganda dan esai yang dinilai secara manual.
“Memang sempat ada protes. Akhirnya hasil direvisi dan baru keluar lima hari kemudian. Tapi kami tidak ikut-ikutan. Saya pasrah saja. Kalau memang belum rezeki, ya sudah,” ungkapnya.
Sebagai seorang ayah, Adinoto paham tantangan kedepan jauh lebih berat. Secara bijak, ia menegaskan capaian tahun ini bukan akhir segalanya, melainkan langkah awal lembaran pendidikan putrinya.
“Kami bangga dengan usahanya. Anak kami sudah maksimal. Mungkin memang belum waktunya menang, tapi ini bukan akhir. Ini awal dari perjalanan panjangnya,” pungkas Adinoto.
Rasa bangga juga dirasakan tempat Talitha menuntut ilmu. Kepsek MI Miftahul Ulum Sumberejo, Lutfia mengapresiasi hasil kerja keras gadis bungsu tersebut.
“Menurut kami, bisa menjadi peserta olimpiade sains di tingkat nasional adalah prestasi yang sangat luar biasa,” ujarnya ketika dihubungi lewat WhatsApp.
Bahkan, Lutfia mengatakan raihan ini menjadi pencapaian lomba tertinggi semenjak sekolah tersebut berdiri di tahun 1983. Ia pun berharap akan muncul Talitha-Talitha lain yang akan meneruskan estafet prestasi.
“Kami dan semua warga MI merasa sangat bangga dan berharap akan ada Talitha selanjutnya yang akan mengharumkan nama MI. Kami juga mendoakan semoga Talitha menjadi anak yang sukses dimanapun berada,” tutup Lutfia.
Ya, meski pulang tanpa medali, Talitha tetap jadi juara di hati keluarga dan orang-orang terdekatnya. Keberaniannya melangkah sejauh ini telah mencatatkan sejarah kecil yang berarti besar. Tak hanya bagi keluarga, teman, ataupun sekolahnya, tapi juga bagi Kabupaten Pasuruan.
Jurnalis: Indra
Share this content: